Minggu, 31 Oktober 2010

Malang Punya Lima Komunitas Skateboard

30 Juni 2009 One Comment
EXTREME Sport memang selalu menarik dan menginspirasi kawula muda untuk mencobanya sekaligus memacu adrenalin mereka. Hal ini juga mengilhami anggota komunitas Skateboard Panggung Malang.
Irfan Destian, salah satu anggota, kepada Malang Post menjelaskan komunitas Skateboard telah berkembang di Malang sejak tahun 1997 lalu.Kini ada sedikitnya lima komunitas skater yang diberi nama sesuai dengan tempat berlatih mereka. Seperti komunitas Panggung, Velodrome, Unmuh, Trunojoyo (Moscow) dan Delima.

Anggota komunitas mereka beragam. Skater yang kebanyakan berasal dari usia remaja menyebabkan isi komunitas skater pun para mahasiswa, siswa SMA dan sedikit para pekerja muda di Malang.
‘’Banyak yang keluar dan banyak juga yang masuk, untuk Panggung ada sekitar 30 skater yang aktif ikut berskateboard setiap Sabtu dan Jumat,” lanjutnya.
Akri, Arab, Ozzie, Dicky, Keceng, beberapa nama yang sore itu terlihat menaiki papan skate mereka merasa sangat terbantu dengan adanya komunitas Panggung ini. Menurut Arab, satu sama lain dapat bertukar trick serta tips dalam memperbaiki gerakan mereka.
”Kami bisa bertukar info terbaru dengan sesama peghobi skaters di komunitas ini. Serunya jika jatuh. Ya jatuh bareng jadi tambah seru,” kata Arab, skaters yang juga mahasiswa berparas timur tengah itu sambil tertawa.
Sejumlah trick gerakan yang sering di praktekan anggota komunitas adalah Ollie, trick dasar melompatkan papan skateboard yang dikendarai, kemudian Kick Flipp atau meloncat lebih tinggi dan memutarkan papan kemudian mendarat kembali diatasnya, Hill Flip, Board Slide, serta beberapa teknik lain yang dianggap lebih sulit. ” Intinya satu yang penting harus nekat dan berani jatuh,” lanjut Akri.
Risiko Gegar Otak
SEKITAR 15 remaja sedang menaiki papan beroda empat. Satu persatu mereka mencoba meloncati sebuah batang besi panjang setinggi sekitar setengah meter, beberapa diantaranya mencoba berseluncur di atas papan besi tersebut dan sesekali terjatuh dengan keras keatas aspal jalan yang keras.
Tanpa menggunakan helm kepala, pelindung lutut atau siku tangan serta pelindung tulang kering, pastinya cedera engkel, patah tulang hingga gegar otak tidak terhindarkan dalam latihan mereka.
Akri lantas memperlihatkan engsel pergelangan tangannya yang hingga kini terus bergemeretak jika di pergelangan ditekuk. Cedera engsel kaki juga sering dialaminya ketika terjatuh dari papan skaternya, bahkan gegar otak ringan juga pernah di alami oleh rekan dalam komunitasnya. ” Namanya juga extreme sport, cedera memang sudah risiko dalam bermain skateboard street seperti ini,” katanya.
Karena memilih skateboard street, anggota komunitas terkesan tabu jika menggunakan perlengkapan pelindung dalam melakukan aksi mereka. Skateboard street adalah bermain skateboard di jalan dan mengekspresikan gerakan tanpa ada batasan. Berbeda dengan bermain skateboard diatas landasan khusus atau sering disebut dengan Bowl. ” Jika diatas bowl alat pelindung wajib dipakai, karena kondisi lintasan yang memang rawan jatuh dan rentan dengan cedera,” lanjutnya.
Bowl khusus dahulu menurut Akri ada di mall Matos, ketika awal di bangun. Disana memang di gunakan sebagai Skateboard Play Ground, seperti banyak terdapat di Bandung dan Jakarta.
”Dahulu di depan Matos ada Bowl, Ramps (landasan untuk melakukan Ollie atau lompat) serta rail untuk melakukan Board Slide ataupun Blund Slide. Yang paling dekat Bowl ada di Lawang,” bebernya.
Begitupun ketika komunitas mencoba melakukan Check Sport, rolling di daerah lain yang belum ber ijin, seperti di pelataran Araya, Matos, Sasana Krida Budaya, serta trotoar di sepanjang jalan raya, kejaran Satpam setempat sudah pasti mengancam kegiatan mereka.
”Satpam itu takut tekelnya rusak, jadi biasanya kami kucing-kucingan dengan mereka. Check Sport itu agar komunitas tidak jenuh saja bermain di tempat yang sama,” lanjutnya.
Waspadai Skater Gadungan
WALAU menyenangkan, Akri menyebut olahraga Skateboard merupakan olahraga mahal. Dahulu sebagai pelajar, dirinya harus menabung dan meminta orang tua untuk membeli kebutuhan skatersnya. Dengan gaya yang flamboyant, tak heran komunitas skater sering di masuki oleh para Poser, istilah skater bagi skater gadungan yang hanya ingin nebeng keren di komunitas skater.
Sepatu khusus dengan alas yang rata, celana jins belel, topi, kaos t-shirt yang terlihat enak di pakai, serta terkadang houded atau jumper dan jaket ala street weare sering terlihat di pakai oleh para skater. Penampilan yang terlihat gaul dan bentuk tubuh junkies memang sedang trend di kalangan remaja sekarang.
”Kami sebenarnya resah dengan para poser itu, mereka hanya nimbrung dalam komunitas tetapi tidak bisa dan tidak ingin bermain skateboard. Jika ada tindakan mereka yang negatif pun jadi nama kami yang kena,” lanjutnya.
Skateboard memang bukan olahraga murah, untuk membeli sebuah papan skateboard siap pakai minimal para skater harus mengeluarkan uang sejumlah Rp 600 ribu rupiah. Belum lagi sepatu khusus skater yang memiliki alas rata dan cocok dengan Grip Tape, alas diatas Deck atau papan skateboard, Akri menyebut harga sepasang sepatu minimal Rp 300 ribu.
”Papan skateboard biasanya kami membuat sendiri, yang cocok dengan spesifikasi kami. Karena jika beli langsung jadi itu sering tidak cocok,” lanjutnya. Untuk membuat papan custom ala mereka, skaters harus membeli secara parsial Deck, Truck (tempat roda) Nose dan Tail (tempat kerangka roda menempel pada deck), serta grip tape yang coocok dengan mereka. Totalnya bisa hampir Rp 1 juta untuk membuat papan custome yang sesuai dengan gaya skater.
Menabung serta meminta orang tua dikatakan Akri sebagai salah satu jalan untuk memiliki papan skateboard sendiri. ” Waktu jadi mahasiswa disini, saya harus menghemat uang makan untuk memiliki papan skateboard. Apalagi jika patah atau rusak, waduh bisa puasa juga,” katanya sambil tertawa.

0 komentar:

Posting Komentar